Dolar AS Perkasa, Proyek LRT Jabodebek Kena Dampak?
Jakarta - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah tembus ke level Rp 14.800. Tingginya nilai dolar AS ini juga berdampak terhadap proyek infrastruktur seperti di sektor perkeretaapian.
Proyek infrastruktur di sektor perkeretaapian memiliki dampak dari tingginya nilai dolar AS karena bahan baku serta teknologi yang digunakan ada yang diimpor, contohnya signaling system atau seperangkat fasilitas yang digunakan untuk mengontrol pengoperasian persinyalan kereta api.
Saat ini, salah satu proyek kereta api yang sedang digarap dan digenjot adalah light rail transit (LRT) Jabodebek. Lantas, apakah proyek itu juga terkena imbas tingginya dolar AS?
"Semua proyek kereta api (kena dampak), kan bukan hanya Jabodebek yang pakai signaling system. Kalau signaling system pasti kena efeknya ke situ," kata Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Walau begitu, Pundjung mengatakan sejatinya proyek LRT Jabodebek telah melalui proses kontrak dan sedang masa pembangunan. Dia menjelaskan, Adhi Karya yang menggarap proyek tersebut telah melakukan pengadaan kebutuhan sejak masa kontrak tersebut.
"(Jabodebek) Itu kan pengadaannya sudah kita lakukan, jadi pada waktu kita eksekusi, sebelum kursnya naik. Tapi yang belum dieksekusi itu yang agak repot. Misalnya untuk turn out," ujarnya.
Dia bilang, biasanya proyek infrastruktur yang paling berdampak terhadap tingginya nilai tukar dolar AS merupakan proyek yang masih memiliki sisa-sisa pekerjaan dari kontrak yang belum selesai.
"Eksekusi procurement-nya pada kurs berapa itu kan, itu kan ada yang sudah kita kontrak di awal, sudah di muka dan sebagainya, tinggal sisanya yang kecil. Jadi variatif. Jadi sekarang yang pekerjaan sisa, yang masih menggunakan material impor itu kena dampaknya pasti," tuturnya. (fdl/ara)
Sumber : Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance